BANTUAN AS UNTUK MESIR, NO FREE LUNCH


Oleh : Ahmad Dzakirin

Dalam relasi internasional, tidak ada kamus ketulusan sempurna. Selalu saja ada pamrih, kepentingan atau motif politik tertentu dari relasi antar negara. Hanya saja konstruksi definisi tentang kepentingan negara (national interest) tidak selalu dipahami sebagai konsensus tentang nilai, prinsip dan kepentingan bersama (shared-values), namun dalam REAL-POLITICS dapat juga merefleksikan kepentingan ideologi, kelompok politik, atau bahkan kepentingan korporasi.

Implikasinya, hampir tidak ada sekutu, partner atau sahabat sejati. Ketahanan relasional antar negara sangat ditentukan kuat atau tidak kepentingan dua belah pihak demikian pula volatilitas keduanya sangat ditentukan pula oleh rendah atau tidaknya kepentingan kedua negara.

Perspektif teoritis ini setidaknya dapat menggambarkan pola relasi bilateral AS-Mesir, atau lebih spesifik pemerintah AS-militer Mesir. Mengutip Marwan Bishara, hubungan AS-militer Mesir adalah seperti hubungan patron-client Jenderal dengan bawahannya sehingga sulit berharap lahirnya keputusan politik beradab Washington atas tindakan politik biadab militer Mesir terhadap rakyatnya sendiri.

Militer Mesir telah menjadi investasi jangka panjang politik dan finansial AS sejak perjanjian Camp David. Dalam konteks REAL POLITICS, AS jelas tidak akan mengorbankan investasi politik dan ekonomi mereka untuk membela kepentingan rakyat Mesir meskipun secara moral benar dan sejalan dengan prinsip dan nilai Amerika.

Bagaimanapun, kutip Vali Naser, investasi AS berkait erat dengan kepentingan keamanan AS dan sekutunya, Israel. Militer Mesir menjadi sekutu non-NATO terbesar dan sekaligus kepanjangan tangan AS dalam "War on Terror" di Timur Tengah. Pesawat tempur AS memiliki privelese manuver di kawasan udara Mesir. Selain itu, AS dan Israel mendapatkan privelese ekonomi atas Mesir. Bantuan atas Mesir berarti membuka lapangan kerja dan subsidi bagi korporasi Amerika. Kapal-kapal AS yang berada di terusan Suez mendapatkan perlakuan khusus dibandingkan negara-negara lain. Sedangkan Israel membanjiri Mesir dengan produk tekstil dan comsumer good lainnya dan sebagai konpensasinya, Mesir memasok gas kepada Israel dengan harga murah melalui semenanjung Sinai.

Bantuan ekonomi dan militer AS sebagai implikasi perjanjian Camp David memang menjadi bisnis menggiurkan (lucrative business) militer, khususnya para jenderal Mesir. Di luar konteks stabilitas keamanan mikro disepanjang 3 dekade, perjanjian ini sebenarnya merugikan kepentingan nasional Mesir dan secara makro, perjuangan kemerdekaan Palestina. Hanya saja, sebagaimana kredo politik, tidak ada makan siang gratis, maka ketergantungan Mesir secara politik dan ekonomi serta instabilitas kawasan Timur Tengah secara makro adalah harga yang dibayar dari proyek bisnis para jenderal. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment